oleh

Rektor UIN SMH Banten: Ramadhan, Waktu Tepat untuk Mengalihkan Pendidikan Agama ke Rumah

Serang, Kemajuanrakyat.id-Ramadhan, bulan penuh berkah bagi umat Islam, menjadi waktu yang tepat untuk memperbanyak ibadah dan meningkatkan keimanan. Namun, dalam konteks dunia pendidikan, pertanyaan muncul: Apakah lembaga pendidikan perlu meliburkan siswa selama Ramadhan?

Wawancara Eksklusif dengan Yuyi Rohmatunisa wartawan Kemajuanrakyat.id media online. Sabtu, (11/01/2025). Dengan Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. Wawan Wahyuddin, M.Pd,.

Menurut Prof. Wawan Wahyuddin, konsep “libur” selama Ramadhan tidak hanya dimaknai sebagai berhenti dari kegiatan, tetapi sebagai peralihan tanggung jawab pendidikan agama dari sekolah ke orang tua. Prof. Wawan menjelaskan bahwa Ramadhan memberi peluang besar bagi orang tua untuk lebih aktif terlibat dalam pendidikan agama anak-anak mereka.

Mengapa Peralihan Kegiatan Dibutuhkan?

Prof. Wawan menyebutkan bahwa kegiatan pendidikan agama yang biasa diajarkan di sekolah, seperti shalat berjamaah, tadarus dan pengajian, bisa dilanjutkan di rumah. Melalui bimbingan orang tua, anak-anak tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga praktik langsung yang memperkuat pemahaman dan keimanan mereka. Orang tua, sebagai pendidik utama, memiliki peran penting dalam memastikan nilai-nilai agama yang diajarkan di sekolah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hemat Biaya dan Peningkatan Peran Orang Tua

Selain manfaat spiritual, libur Ramadhan juga membantu mengurangi biaya operasional, baik bagi sekolah maupun orang tua. Tanpa aktivitas sekolah yang mengharuskan perjalanan, orang tua bisa lebih fokus pada ibadah dan aktivitas keluarga yang lebih produktif. Prof. Wawan menekankan pentingnya momen Ramadan ini untuk mempererat keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak, khususnya dalam hal pembelajaran agama.

Buku Panduan Keimanan: Bekal untuk Ramadhan dan 11 Bulan Berikutnya

Sebagai pendukung, sekolah bisa memberikan buku panduan keimanan kepada siswa. Buku ini berisi aktivitas yang mendalam mengenai kegiatan ibadah selama Ramadhan dan seterusnya, seperti mencatat ceramah, berinteraksi dengan imam dan mubaligh, serta mencatat amalan harian. Panduan ini, menurut Prof. Wawan, bukan hanya berguna selama Ramadhan, tetapi juga sebagai bekal spiritual bagi siswa untuk bulan-bulan berikutnya.

Kesimpulan

Meliburkan siswa selama Ramadhan bukan berarti menghentikan proses pendidikan, tetapi mengalihkannya ke ranah keluarga. Peran orang tua sebagai pendidik menjadi sangat vital untuk membimbing anak-anak dalam praktik agama. Dengan dukungan seperti buku panduan keimanan, siswa bisa lebih mandiri dalam meningkatkan keimanan, baik selama Ramadhan maupun setelahnya.

Dengan pendekatan ini, Ramadhan tidak hanya menjadi waktu untuk memperkuat keimanan, tetapi juga sebagai momen untuk membangun keterlibatan yang lebih erat antara keluarga dan pendidikan anak.

( Yuyi Rohmatunisa)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed